Thursday, March 1, 2012

Kado Pernikahan

Hanya Allah yang berhak dipuji, meskipun kita sering haus pujian. Hanya Allah yang mampu menyangga segala macam pujian yang ditujukan bagi-Nya. Selain Allah, tak ada yang kuat menyangga berba-gai pujian, kecuali orang yang Allah telah berikan kepada-nya taufiq dan hidayah. Maka, izinkanlah saya untuk memu-lai buku ini dengan hamdalah, dengan pujian kepada Allah 'Azza wa Jalla. Bersama-sama saya, mari kita ucapkan alhamdulillahi rabbil 'alamin. Kemudian mari kita ingat nikmat-Nya yang lebih sering kita ingkari daripada kita syukuri itu. Kemudian mari terima nikmat-Nya dan kita berbahagia karenanya. U-capkanlah pujian kepadanya bahwa hari ini kita bisa makan. Sementara jutaan saudara-saudara kita menahan lapar se-tiap hari. Sepiring nasi panas dengan lauk ala kadarnya ada-lah kenikmatan luar biasa jika dihidangkan dan dilahap de-ngan rasa syukur, berterima kasih kepada Allah yang telah memperhatikan kebutuhan kita. Bergembiralah, karena kita bisa mengenyangi perut kita dan istri kita dengan rizki yang halal, di saat ada saudara kita yang harus mencuri tiga batang pohon singkong milik tetangganya untuk mempertahankan
hidup agar anaknya tidak sampai mati kelaparan. Sesungguhnya Allah memberi kita nikmat yang ba-nyak. Sayang, kita sulit mensyukurinya.
Sesudah itu, marilah kita tundukkan hati sejenak. Mari kita ucapkan shalawat atas Nabi Muhammad, manusia suci yang Allah sendiri memujinya. Shalawat kita juga untuk ke-luarganya yang mulia, yang Allah juga memujinya. Mari kita ucapkan pelan-pelan:
"Allahumma shalli 'alaa Muham-mad wa 'alaa ali Muhammad".
Selebihnya, saya ingin menceritakan kepada Anda ten-tang buku yang sedang Anda baca ini. Secara umum, buku ini merupakan edisi satu jilid dari keseluruhan trilogi Kupinang Engkau dengan Hamdalah, yakni buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah -- judul buku sama dengan nama triloginya-- yang terbit akhir Juni 1997, Mencapai  H Pernikahan Barakah (akhir Oktober, 1997), serta yang ketiga Disebabkan Oleh Cin-ta Kupercayakan Rumahku Padamu (Juli, 1998). Isinya, dengan demikian, ya sama. Hanya ada berbagai penambahan infor-masi atau pendalaman pembahasan. Bab Keasyikan yang Menghancurkan Keluarga dibahas lebih tuntas pada buku ini, hal yang belum bisa saya lakukan pada buku Disebabkan Oleh Cinta mengingat terbatasnya halaman. Begitu juga misalnya, bab Mempertimbangkan Pinangan dibahas lebih jauh pada bu-ku Kado Pernikahan untuk Istriku yang sedang Anda baca ini. Ada penambahan dua sub judul pada bab tersebut, yakni peringatan agar tidak membuka pintu pinangan setelah menerima pinangan dari orang lain serta pertimbangan bagi yang telah menikah untuk tidak mempersulit diri dengan merahasiakan pernikahan jika tidak ada sesuatu yang membawa madharat besar manakala diumumkan. Sub bab Jangan Buka Pintu Lagi, sekedar contoh saja, sebelumnya tidak masuk dalam buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah. Akan tetapi ketika saya menjumpai ada saudara kita yang menghadapi masalah karena menerima pinangan setelah pinangan orang lain secara resmi diterima, maka saya tergerak untuk menambahkan sub bab ini pada bab Mempertimbangkan Pinangan agar bisa menjadi peringatan bagi kita. Sebab tidak ada jaminan bahwa kita tidak akan melakukan hal yang sama, seandai-nya kita tidak ingat peringatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar tidak meminang wanita yang telah dipinang saudaranya. Selain penambahan dan pendalaman, ada juga penghapusan hal-hal yang ternyata saya lihat tidak terlalu perlu, meskipun tidak semua penghapusan karena alasan ini. Sebagian saya hapus karena pijakannya kurang kuat, sekali-pun secara psikologis dapat dipertanggungjawabkan. Sebagian saya hapus semata-mata untuk meringankan beban moral. Mengapa? Itu yang saya tidak enak untuk menulis di sini. Alhasil, buku ini tidak persis sama isinya dengan edisi yang terpisah-pisah. Mudah - mudahan bermanfaat dan membawa kebaikan bagi kita semua, terutama bagi Anda yang mau menikah atau baru menikah dan punya anak. Mudah-mudahan Allah meridhai usaha ini dan memaafkan kesalahan-kesalahan saya dalam menulis buku ini.





0 comments:

Post a Comment